Press "Enter" to skip to content

RD Dino Hardin: Kesatuan dan Kasih Harus Diwujudkan

PAROKIKUMBA.ORG – Pastor Paroki Santu Mikael Kumba, RD Kornelis Hardin memimpin Perayaan Ekaristi Kamis Putih, mengenang perjamuan Tuhan di aula paroki Santu Mikael Kumba, Kamis, 17 April 2025 petang. Misa pertama yang digelar mulai pukul 16.00, ini diiringi koor dari umat wilayah Tiberias. Lebih dari 2 ribu umat memadati aula dan seluruh halaman yang mengelilinginya yang telah dipasang terop.

Dalam homilinya, RD Dino mengatakan, Kamis Putih membuka Trihari Suci dengan nuansa yang sangat mendalam, yakni Yesus memberikan diri-Nya dalam Ekaristi, membasuh kaki para murid-Nya, dan memulai penderitaan-Nya. Dalam momen ini, Yesus tidak hanya menunjukkan kasih-Nya yang paling radikal, tetapi juga mengundang para murid untuk hidup dalam kesatuan, pelayanan, dan pengorbanan.

“Tahun Yubileum 2025 membawa kita dalam semangat ziarah iman—perjalanan batin untuk semakin dekat dengan Tuhan dan sesama. Ekaristi menjadi pusat perjalanan itu: Kristus sendiri hadir sebagai bekal, sahabat, dan tujuan akhir peziarahan kita,” ujar RD Dino.

Pastor Paroki Santu Mikael Kumba, RD Kornelis Hardin ketika membacakan Injil dalam misa Kamis Putih di Aula Paroki Kumba, Kamis, 17 April 2025 yang dihadiri lebih dari dua ribu umat. Di aula ini digelar 2 jadwal misa dan juga di Gereja Santu Mikael Kumba dengan dua jadwal misa Kamis Putih pada waktu yang bersamaan. Selain itu, digelar pula misa di Gereja Stasi Carep dan misa kategorial di Rutan Kelas IIB. (Foto : PAROKIKUMBA.ORG)

Perayaan Kamis Putih, lanjut dia,  mengantar kita pada inti misteri kasih Kristus: Ia memberikan diri-Nya secara total dalam Ekaristi dan merendahkan diri untuk membasuh kaki para murid. Dalam Tahun Yubileum 2025 yang mengangkat tema “Bersatu dengan Kristus yang Bangkit dalam Ekaristi – Berziarah Bersama”, kita diundang untuk merenungkan sejauh mana kita benar-benar hidup dalam persatuan dengan Kristus, bukan hanya di altar, tetapi juga dalam ziarah hidup kita di tengah dunia yang sedang terluka. Ekaristi bukan hanya perayaan liturgi, tetapi perjumpaan pribadi dan komunitas dengan kasih Allah yang memulihkan.

“Dalam Injil Yohanes, Yesus memberi teladan nyata kerendahan hati dengan membasuh kaki murid-murid-Nya. Tindakan ini menegaskan bahwa kesatuan dan kasih tidak bisa hanya diucapkan, tapi harus diwujudkan. Di tengah masyarakat yang individualistis dan narsistik, di mana pencitraan diri lebih diutamakan daripada relasi nyata, Yesus mengajak kita turun tangan: hadir, melayani, dan menyentuh luka-luka sesama. Maka, Kamis Putih menjadi panggilan untuk “membersihkan kaki” dunia yang kotor oleh hoaks, fitnah, kekerasan digital, dan budaya ego,” ucap RD Dino.

Imam yang sebelumnya pernah berkarya sebagai Vikaris Parokial Paroki Roh Kudus, Labuan Bajo dan melayani di Gereja Stasi Merombok, ini menambahkan, Tahun Yubileum adalah saat rahmat untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan. “Dalam konteks sosial kita, pertobatan berarti berani melepaskan pola hidup yang merusak relasi, dari kecanduan game dan gadget, dari perilaku konsumtif, dari ketidakpedulian terhadap orang miskin, hingga dari eksploitasi tubuh dan seksualitas lewat internet. Kita perlu menyadari bahwa semua ini mencederai martabat kita sebagai citra Allah. Dalam Ekaristi, Kristus memulihkan kita, memberi kekuatan untuk bangkit dan berjalan kembali bersama-Nya,” tuturnya.

Pastor Paroki Santu Mikael Kumba, RD Kornelis Hardin, yang akrab disapa Romo Dino saat ritus pembasuhan kaki seusai homili pada Misa pertama Kamis Putih di Aula Paroki Kumba, Kamis, 17 April 2025 malam. (Foto : CHELSEA/PAROKIKUMBA.ORG)
Ditambahkan RD Dino, Paus Fransiskus mengingatkan dalam Evangelii Gaudium bahwa “dunia terluka bukan karena dosa moral semata, tetapi karena hilangnya kasih dan perjumpaan.” Maka, Kamis Putih ini menjadi momentum untuk membangun kembali hidup bersama yang penuh kasih. Gereja, keluarga, dan komunitas kecil harus menjadi tempat penyembuhan, bukan penghakiman; tempat pertobatan, bukan pelarian; tempat pelayanan, bukan pameran. Ekaristi yang kita rayakan menjadi sumber kekuatan untuk membangun kembali wajah dunia yang rusak.

“Mari kita jadikan Ekaristi sebagai pusat hidup dan sumber pertobatan sejati. Kita tidak hanya dipanggil untuk menyambut Kristus yang hadir dalam rupa roti dan anggur, tetapi juga untuk menjadikan hidup kita sebagai “roti yang dipecah-pecahkan” bagi sesama. Semoga dalam Tahun Yubileum ini, kita sungguh mengalami kasih Kristus yang membebaskan, meninggalkan perbudakan dosa masa kini, dan berjalan bersama menuju kehidupan baru dalam terang kebangkitan.” pesannya. (Jimmy Carvallo)

PAROKI KUMBA RUMAH KITA BERSAMA

Comments are closed.